Minggu, 04 November 2012

Tulisan ISD 2 (NASIONAL)


   SJSN Segera Dioperasikan untuk Gantikan Jamkesda



LENSAINDONESIA.COM: Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) segera diimplementasikan. Pemerintah akan mengeluarkan Peraturan Pemerintah untuk program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang diharapkan akan mampu melayani 76,7 juta penduduk miskin.


Kemudian, 15 juta PNS dan pensiunan serta 2,5 juta TNI, Polri, purnawirawan beserta keluarga dilayani PT Askes dan Asabri. Selain itu, sekitar 50 juta pegawai swasta beserta keluarga dilayani Jamsostek dan asuransi swasta.

“Pemberlakukan SJSN pada 1 Januari 2014. Maka nantinya pemerintah daerah tidak perlu lagi menganggarkan dana untuk jaminan kesehatan daerah (Jamkesda),” kata ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional, Ghazali Situmorang di Jakarta, Sabtu (6/9/2012).

Menurutnya, nantinya tak diperlukan pemutakhiran data orang miskin daerah, karena dengan angka 96,7 juta tersebut sudah bisa mengcover data jumlah orang miskin di semua provinsi sudah menjadi suatu kesatuan univikasi data.

“Daerah cukup menyediakan sarana dan prasarana untuk realisasi SJSN di daerah termasuk fasilitas kesehatan dan tenaga medis, Untuk dana alokasi Jamkesda yang sudah dialokasikan ke Pemda sebaiknya digunakan untuk peningkatan jumlah sarana dan prasarana kesehatan, klinik, dokter, Puskemas diperbaiki dibangun dan diajak peran pihak swasta

”Untuk itu, Tidak ada alasan bagi para para aparat birokrasi Pemerintah Daerah untuk mempersulit birokrasi perijinan pendirian klinik di Indonesia, sebab mereka adalah ujung tombak keberhasilan sistem ini,” kata Ghazali.

Menurut Ghazali, dirinya menyayangkan jika masih terjadi hambatan birokrasi dalam pengurusan perijinan pendirian klinik seperti yang dikeluhkan Asosiasi Klinik Indonesia. “Terkait persoalan tata ruang dan analisis dampak lingkungan sebaiknya segera diselesaikan secepatnya,” tuturnya. @hidayat



Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Asuransi dan Mentalitas

Senang rasanya mendengar bahwa Indonesia sebentar lagi akan menerapkan Sistem Jaminan Sosial Nasional atau sering dikenal dengan SJSN yang berarti nantinya segala pembiayaan kesehatan meliputi biaya periksa, berobat akan dihandle oleh yang namanya asuransi. Sehingga Masyarakat yang notabene digolongkan “miskin” juga dapat mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa khawatir dengan biaya karena ada asuransi sosial yang menanganinya. Ini merupakan kemajuan dan patut diacungi jempol, tetapi melihat situasi bangsa ini yakinkah SJSN akan berjalan?
Sebagai ilustrasi, apabila asuransi yang digunakan mengharuskan masyarakat untuk membayar premi katakanlah tahunan. Apakah mereka mau untuk membayarkan itu? Terlepas dari urusan birokrasi yang notabene “njlimet”, saya pribadi akan menjadi pesimis untuk menjawab “Ya” kalau tidak diiringi dengan penyadaran masyarakat akan asuransi, karena masyarakat kita belum banyak yang berpikir bahwa “sisihkan uang untuk investasi biaya kesehatan” itu sangat bermanfaat, kebanyakan mereka masih berpikir “Ooooo hari ini saya makan ini, besok mau makan ini, saya harus beli ini dan itu”. Dengan kata lain kebanyakan masyarakat kita masih berjiwa “konsumtif” sementara hanya sedikit yang berjiwa “wirausaha”. Kita berlomba-lomba untuk membeli sepeda motor, televisi atau apalah tetapi kita selalu lupa akan menginvestasikan sedikit uang kita untuk asuransi. Sekedar usul saja, hal ini patut menjadi sorotan kita sebelum menjalankan SJSN, kita juga harus mengubah pandangan dari “konsumtif” menjadi “enterpreneur” supaya masyarakat sadar bahwa Asuransi merupakan investasi untuk kesehatan.
Memang kelihatannya asuransi itu “merugikan” karena pembayaran premi dilakukan rutin, sementara fasilitas kadang tidak kita dapatkan dikarenakan kita tidak mendapatkan “sakit”, dan muncullah pertanyaan yang menggelitik “uang yang dibayarkan lari kemana?” Nah pandangan-pandangan seperti ini ternyata masih banyak beredar di Negara kita. Dalam hal ini mungkin saya akan berpikir sederhana ketika saya akan ikut dalam asuransi supaya tidak merasakan “rugi”.
Pertama, jelas kepercayaan akan asuransi harus tertanam dalam jiwa kita, karena tanpa adanya rasa itu kita tidak bisa secara totalitas mengikutinya, dan yang terakhir, berpikirlah bahwa uang yang kita bayarkan untuk premi asuransi itu sebagai “menyumbang” atau arisan ketidakberuntungan, atau bisa juga uang premi itu dianggap sebagai uang sial yang harus dibuang dan jangan dipikirkan lagi setelah membayarnya dan jangan berharap untuk mendapatkannya karena kalau kita mengharapkan uang kita kembali itu sama saja mengharapkan kita jatuh sakit, walaupun ada yang mengatakan bahwa sakit juga merupakan nikmat.
So sebagai menurut hemat saya, sebelum menerapkan SJSN haruslah berpikir terlebih dahulu bagaimana mengubah mentalitas bangsa, supaya muncul kesadaran untuk meng”investasi” kan secuil dari hartanya untuk arisan ketidakberuntungan.



Sumber :
http://www.lensaindonesia.com/2012/10/06/ssjn-segera-dioperasikan-untuk-gantikan-jamkesda.html
http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2012/03/15/sistem-jaminan-sosial-nasional-sjsn-asuransi-dan-mentalitas/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar